Belanja online telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama di era digital yang serba cepat dan praktis. Dengan hanya beberapa klik, konsumen dapat membeli hampir segala jenis produk, dari pakaian hingga gadget canggih, tanpa harus meninggalkan rumah. Kemudahan ini membuat belanja online semakin digemari, bahkan menjadi gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat modern. Namun, di balik kenyamanannya, ada pertanyaan besar: apakah tren belanja online ini membawa kita pada ketergantungan?

Salah satu daya tarik utama belanja online adalah kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan. Dengan berbagai platform e-commerce yang tersedia, konsumen https://snappygeekdigital.com/ bisa memilih produk, membandingkan harga, dan melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja. Tidak hanya itu, dengan adanya berbagai metode pembayaran digital, proses transaksi menjadi semakin mudah. Selain itu, ulasan pelanggan dan rekomendasi algoritma membantu pembeli untuk membuat keputusan dengan informasi yang lebih lengkap dan akurat.

Namun, semakin banyak orang yang mulai merasa ketergantungan pada belanja online. Platform e-commerce yang terus-menerus menampilkan iklan dan promosi menarik bisa menggoda konsumen untuk terus membeli barang, bahkan tanpa kebutuhan yang mendesak. Fenomena ini disebut sebagai "belanja impulsif," yang dapat berujung pada pengeluaran berlebihan dan bahkan utang. Ketergantungan pada belanja online juga dapat menyebabkan kurangnya aktivitas fisik dan berkurangnya interaksi sosial, karena konsumen lebih memilih berbelanja dari rumah daripada keluar ke toko fisik.